Senin, 25 April 2011

CURUG TILU LEUWI OPAT


Sabtu (Saturday)
Ciater Highland
Ciater Highland
          Pagi ini awalnya mendung, sehingga membuat kami was-was tidak bisa mengunjungi beberpa tempat lagi yang cukup indah. Namun mentari telah menampakkan sinarnya yang membuat hangat situasi kondisi di jalanan. Ciater Highland, tempat tujuan kunjungan kami selanjutnya di pagi hari, naik ke bukit sedikit, eksis sedikit biar rada irit, namun bukan pelit. (halah... akhiran “it”). Letaknya tidak jauh dari Ciater Hot Spring Water, hanya terus lurus ke arah subang yang disekelilingnya penuh dengan kebun teh milik pemerintah.
Ciater Highland
Curug Tilu leuwi Opat
           Setelah puas berphoto-photo eksis namun tidak narsis, kami pun melanjutkan perjalanan ke “Curug Tilu Leuwi Opat”. Awalnya kami ragu, karena cuaca kembali mendung dan medan yang tidak diketahui lokasinya sehingga kami harus bertanya kepada penduduk sekitar di setiap belokan. Akhirnya kami menemukan lokasi CURUG TILU LEUWI OPAT yang ternyata terletak di Cisarua, Jalan Kolonel Masturi yang masuk dari CIC (Ciwangun Indah Camp). Mobil pun kami parkirkan di dekat loket pembayaran agar lebih aman dan terjaga oleh tukang parkir (Rp.3000,- tah buat tukang parkir). Dengan hanya tike tiap orang Rp.3000,- juga kami pun menyusuri target dan sasaran utama, yaitu CURUG TILU LEWI OPAT.
Curug Tilu Leuwi Opat
           Hujan gerimis menemani kami, jalan pun licin tidak menyurutkan langkah kami untuk sampai ke tempat yang dituju itu (ngidam sigana mah). Kurang lebih 1 jam akhirnya kami sampai di tempat yang dinamakan CURUG TILU LEWI OPAT, tempat yang cukup ramai juga dikunjungi orang, dari anak-anak sampai orang tua.
          Airnya yang dingin, sekitarnya masih hutan, dan airnya cukup bersih, membuat kami tidak tahan untuk mencobanya berenang hingga badan kami kebulusan (menggigil). Beberapa orang pun ikut menikmati pemandangan di tempat curug itu yang dikelilingi oleh hutan belantara. Secangkir teh manis panas, sepotong goreng bala-bala menjadi santapan kami yang disediakan oleh warung disana. (Maknyooos buanget getu lho).
Curug Tilu Leuwi Opat
               Setelah puas berenang dan makan-makan alakadarnya, kami pun melakukan perjalanan pulang, ketika hendak pulang ke tempat penginapan, tiba-tiba mobil kami mogok, rupanya salah satu roda mobil kami mengalami kebocoran. Yah......terpaksa kami nunggu dulu hingga selesai diperbaiki (Pengalaman sejati euy). Kurang lebih satu jam beres membetulkan roda yang bocor kami pun pulang dengan selamat (bukan nama orang) untuk makan siang (menunya adalah baso kuah di belakang BIP, dekat masjid KOPASUS, tapi enak buanget), kemudian dilanjutkan wisata kota ke Gedung Sate dan menikmati cerahnya malam di PASKAL HYPER SQUARE (perjalanan dan jadwal yang tidak nyambung ini mah) hingga akhirnya kami tiba di penginapan tempat istirahat kami.
Pintu Masuk Curug Tilu

Minggu (Sunday)

Kenangan Gedung Sate
Daerah Bandung Utara
          Pagi buta alias subuh kami harus bangun untuk sedikit olahraga menuju puncak (bukan puncak bogor gan), tapi puncak PUNCLUT, di kawasan Bandung Utara Ciumbuleuit. Mobil kami parkirkan di dekat Rumas Sakit Al-Salamun supaya aman dan lancar. Perjalanan kami lakukan meski jalan menanjak dan kaki kami gempor (leklok) capek euy tapi disuguhi oleh pemandangan yang aduhai indah sekali ditambah secangkir bandrek dan sepiring gorengan serta sebaskom tutut (keong sawah, bukan keong racun....yaa..siapa yang mau makan keong racun, paling juga lagu keong racun, sambil lipsing ala Briptu Norman).... wareg pisan.....
Gedung Sate in the night
             Setelah kenyang oleh makanan dan minuman khas PUNCLUT, kami pun akhirnya pulang ke tempat penginapan untuk siap-siap pulang ke rumah masing-masing.
 






CURUG TILU LEUWI OPAT


Jum’at (Friday)
          Dari jadwal yang telah kami buat, ternyata tidak semua kegiatan bisa terlaksanakan dengan baik mengingat kondisi di lapangan yang tidak diprediksi dengan akurat, seperti macetnya jalan tol karena ada kecelakaan truk yang terguling sehingga para kendaraan yang hendak melakukan long weekend ke Bandung sedikit berjalan merayap (meski tidak diam-diam merayap, karena pasti pada menggerutu) atau merangkak (Istilah yang selalu dikeluarkan oleh dia yang ku namakan kekasih)...ciiiaah.....kekasih.
Kembali ke acara di hari jumat yang semula ingin ke curug tilu leuwi opat (orang bilang talak tilu)..hey.... that’s sound nice (itu suara enak).....makanan kalee.....tidak bisa dilaksanakan hari jumat, mengingat waktu yang tersedia tidak memungkinkan.
        Akhirnya .......hari ini (Jumat) hanya Kampung Gajah (Elephant kampoong) yang terletak di jalan setiabudi, yang bisa dilalui melalui terminal ledeng dekat UPI. Panoramanya cukup luas, pengunjung yang ramai hampir-hampir kami pun tidak kebagian parkir mobil. Namun akhirnya lahan kosong siap dihuni untuk parkir kendaraan. Dengan mengeluarkan kocek Rp.25000,- (Dua puluh lima ribu rupiah) mobil kami sudah ditempeli stiker...not bad lah. Kemudian dilanjutkan berkunjung ke Gunung Tangkuban Perahu (Teringat ketika diriku jadi sangkuriang.....hehehe).
dialog
Orang ke-1          :” Katanya Tangkuban Perahu masih aktif ya?”
Orang ke-2          :”iya katanya”
Orang ke-1          : “Tapi waktu ditelepon dan disms ga aktif. Kata operatornya:”maaf tlp yang 
                               anda tuju sedang tidak aktif”.
Orang ke-2          : “$#@!#$%^&**(()

Tangkuban Parahu
           Menurut kabar temanku, katanya kampung gajah itu milik seorang pengusaha judi kelas kakap jama dulu, mungkin sekitar 1981 an kali ya.... wah..... itu waktu aku baru lahir .....(perlu diselidiki lebih lanjut). Setelah puas menikmati panorama kampung gajah, kami pun meneruskan perjalanan menuju subang, yaitu tempat pemandian air hangat yang aseli dari gunung tangkuban perahu.
           Udara dingin dan disertai hujan, air kolam yang panas tidak menyurutkan kami untuk merendam badan agar lebih relax dan tentu saja enak. Meski harus mengeluarkan kocek yang cukup mahal, tiket masuk saja sudah @Rp.17000,- (Tujuh belas ribu rupiah perorang), ditambah parkir 3000 serta tiket masuk ke kolam rendam @Rp.31000,- (Tiga puluh satu ribu rupiah). Namun memang cukup memuaskan untuk berwisata di daerah lembang dan subang terutama ciater hot spring water.
Berdiam diri di patung gajah
           Setelah puas merendam di air panas dan tentunya badan kami pun sudah matang (hah....lo kira daging mentah di masak air.....). Kami pulang ke tempat penginapan dan sekalian makan malam di tenda yang menyajikan nasi bakar dan nasi liwet (makknyuss pisan.....wuiih.... mantap gan...) disajikan hangat-hangat serta ditemani hujan malam (Wuih.... waas pisan den).

Kampung Gajah dengan patung gajah


Pintu masuk kampung gajah



menikmati udara Tangkuban Parahu

Tangkuban Parahu