Rabu, 06 Februari 2013

PELAYANAN TRANSPORTASI PUBLIK DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA



PELAYANAN TRANSPORTASI PUBLIK DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA

            Sebelum saya mengungkapkan pengalaman terhadap transportasi publik terlebih dahulu saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Ahmad Junaedi berasal tinggal di Kota Bandung yang menurut orang luar “sangat ramah”. Dua kata tersebut saya kasih tanda kutif supaya ada makna-makna lain yang terkandung di dalamnya pis ah (red: bingung).
            Kembali ke masalah pelayanan transportasi publik ada pengalaman yang disisi lain menghawatirkan disisi lain menjadi pembelajaran. Tahunnya saya lupa tapi persis pas bulan ramadhan, waktu itu saya naik angkot merah menuju kampus UNINUS di Bandung untuk mendaftar kuliah kelas karyawan. Di dalam angkot tersebut banyak penumpang, ada ibu-ibu, ada seoran gadis (cantik) sedang baca Alquran, dan dua orang pemuda. Ketika saya sendang asik melamun, tiba-tiba salah seorang pemuda berpura-pura sakit kram kakinya dan minta dipijit pada saya, saya tidak curiga waktu itu (masih minim pengalaman), untunglah salah seorang ibu-ibu menanya kepada saya “siapa pemuda tersebut? Apakah temannya atau bukan?” saya jawab “bukan”. Beberapa menit kemudian saya menghentikan angkot tersebut di depan kampus yang dituju. Ketika mau membayar angkot, uang saya ditas yang recehan (ada sembilan ribu rupiah) hilang, untunglah uang yang jumlahnya cukup banyak (lima ratus ribu) disimpan di bagian dalam masih aman. Lalu saya membayar angkot tersebut dan menuju masjid sambil menyimpulkan kalau uang saya hilang itu oleh pemuda yang pura-pura sakit tadi di angkot. Sesampainya di masjid saya sholat dan berdo’a begini “semoga orang yang pura-pura sakit tadi diberikan hidayah, dan semoga saya bisa mendapatkan yang lebih besar lagi. aamiin”. Dua hari kemudian saya diminta kantor untuk mengikuti sebuah pelatihan selama 1 hari dan dari pelataihan tersebut saya diberi ongkos cukup lumayan buat makan (tiga ratus ribu). Jadi uang yang saya hilang itu terganti oleh yang lebih besar. Alhamdulillah.
            Dari pengalaman tersebut, saya selalu berpikir mungkinkah dan alangkah baiknya setiap transportasi publik, baik angkot, bis, keretaapi, kapal terbang, kapal laut dipasangi CCTV dan stiker atau apapu yang mengingatkan penumpang untuk selalu waspada. Mungkin kalau stiker bertuliskan “ AWAS COPET, BERHATI-HATI” atau “ MENCOPET, NERAKA TEMPATNYA”. Kalau CCTV gunanya buat melaporkan setiap aksi criminal karena biasanya si sopir tersebut ada yang bekerjasama dengan pencopet atau sama-sama takut. Semoga kejadian-kejadian serupa tidak terulang kembali…waspadalah………waspadalah…